Dirikan Sanggar Seni La Tenri Bali, Bentuk Kepedulian Kepmawa Yogyakarta Terhadap Kebudayaan Wajo


INILAHCELEBES.ID, YOGYAKARTA - Keberadaan sanggar seni La Tenribali Keluarga Pelajar Mahasiswa Wajo (Kepmawa) Yogyakarta di Yogyakarya, kota yang dikenal Kota Pendidikan adalah salah satu wujud kepedulian Kepmawa Yogyakarta terhadap kebudayaan dan pentingnya nilai-nilai kearifan lokal daerah mereka.


Kepedulian tersebut merupakan sebuah kesadaran kolektif para mahasiswa yang tergabung dalam Kepmawa, melihat era modern dengan segala teori dan praktisnya semakin hari semakin mengikis nilai-nilai tersebut.


Sebagaimana yang dikatakan Ketua Sanggar Seni Latenri Bali, Awaluddin Malik, kurangnya pemahaman tentang kebudayaan daerah Wajo di tengah-tengah era globalisasi ini bisa berdampak fatal bagi teman-teman Kepmawa.


“Apalagi kami jauh dari daerah kami. Konsekuensi paling berat adalah teralienasi (terisolasi) dari diri kami sendiri, karena nilai-nilai kearifan lokal Wajo itu tak lain adalah identitas kami. Maka dari itu, untuk menghindari konsekuensi tersebut, Sanggar Seni La Tenribali berupaya untuk memberikan edukasi mendalam mengenai budaya Wajo,” kata Awaluddin.


Tidak hanya pada aspek simboliknya seperti tari-tarian dan sebagainya, lanjut Awaluddin, melainkan juga pada nilai-nilai transenden (lebih unggul/agung, wikipedia) yang menjadi prinsip dasar orang-orang Wajo untuk bertindak melalui kajian-kajian keilmuan, baik itu sejarah Wajo sendiri maupun filosofi hidupnya.


Selain daripada itu, Sanggar Seni La Tenribali juga selalu berupaya untuk memperkenalkan kebudayaan Wajo kepada seluruh masyarakat Indonesia, contohnya melalui pementasan-pementasan tunggal atau berpartisipasi di setiap pagelaran budaya yang diadakan, baik di Yogyakarta maupun di luar kota Yogyakarta.


Sanggar Seni La Tenribali juga tidak melewatkan kesempatan untuk berpartisipasi pada Pagelaran Budaya Sulsel Expo 2017 yang diadakan Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Indonesia Sulawesi Selatan (Ikami Sulsel) Yogyakarta pada Sabtu (23/12) di Monumen Serangan Umum Satu Maret Yogyakarta.


Pada pementasan kali ini, Sanggar Seni La Tenribali mementaskan seni drama dan tari dengan tema ‘Abbatireng Na Tanah Wajo’. Pementasan ini menceritakan masa keemasan Kerajaan Wajo pada masa kepemimpinan Arung Matoa IV Latadampare Puang Ri Maggalatung serta warisan luhur yang ditinggalkannya.


Sekretaris Sanggar Seni La Tenribali Kepmawa Yogyakarta, Andi Hilda Alif Batari menyampaikan, tema tersebut diangkat dengan alasan bahwa pada masa kepemimpinan Puang Ri Maggalatung, begitu banyak warisan budaya yang ditinggalkannya serta nilai-nilai luhur yang tak lain adalah pribadi Puang Ri Maggalatung sendiri.


Jika dilihat pada masa sekarang masih sangat relevan untuk kita amalkan pementasan ini. Selain untuk memperkenalkan kebudayaan Wajo, juga sebagai bentuk upaya kami mahasiswa-mahasiswi Wajo di Yogyakarta untuk tetap menjaga NKRI.


“Jika dilihat prinsip kepemimpinan Puang Ri Maggalatung begitu jujur, adil, dan demokratis yang dikenal dengan semboyannya Maradeka To Wajoe, Najajiang Alena Maradeka, Tanaemi Ata, Naia Tau Makketanae Maradeka Maneng. Napuada Adanna Napugau Gau'na, Ade Assimaturusennami Napopuang, maka kita akan melihat bahwa dari dulu masyarakat Wajo telah mengamalkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila, asas negara kita sekarang" ujar Andi Hilda yang juga mahasiswi Akuntansi UMI itu.


Melalui kesempatan ini, Kepmawa Yogyakarta berharap kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo agar lebih memberikan dukungan moril maupun materil, sebagaimana yang dikatakan Ketua Kepmawa, saudara Taufik Hidayat.


“Kesadaran akan pentingnya menjaga budaya sendiri walaupun kami jauh dari kampung halaman, kami harapkan akan terus berlangsung dan semakin meningkat. Tentu demi terwujudnya hal ini, kami juga membutuhkan kesadaran pemerintah Daerah Wajo untuk selalu memberikan dukungan moril maupun materil kepada kami,” kata mahasiswa Hukum Universitas Widya Mataram ini.


Lebih lanjut, Kepmawa berharap kepada Pemerintah Kabupaten Wajo untuk tidak melupakan bahwa selain status mereka sebagai Duta Budaya Wajo, juga merupakan aset penting Kabupaten Wajo yang nantinya setelah menyelesaikan studi di Yogyakarta tentu turut berkontribusi langsung demi kemajuan Daerah Kabupaten Wajo.


Editor: Firman

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال