Sepenggal Kisah Kakek Penjual Pisang, Enggan Mengemis Meski HidupSendiri dalam Kesusahan

[caption id="attachment_10356" align="aligncenter" width="720"] Ketua AKUMI, Andi Mario (kiri) mengunjungi Modding, sang kakek penjual pisang[/caption]
INILAHCELEBES.ID, Wajo – Di depan ATM BRI dan BPBD, serta di emperan sejumlah toko di Kota Sengkang, seringkali mata kita tertuju pada sosok tua renta duduk dengan pakaiannya yang lusuh sambil menawarkan satu dua sisir otti onnyi-onnyi (pisang susu).

Modding, nama sang kakek yang hidup sendirian di kolong rumah milik seorang warga, namun enggan untuk mengemis. Kisahnya terungkap saat Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Mikro (AKUMI), Andi Mario menyambangi kediamannya yang jauh dari kata mewah.

“Sang kakek tinggal di kolong rumah milik ibu Nasirah, pada sebuah lorong di Jalan Jawa, Sengkang, tepatnya di belakang toko Alizah Mart. Dia diizinkan tinggal disitu secara cuma-cuma,” kata Andi Mario mengisahkan.

Sudah puluhan tahun Modding hidup tanpa seorang istri. Dia hijrah dari kampunngya di Leppangeng ke Kota Sengkang demi mencari sesuap nasi dengan berjualan otti onnyi-onnyi yang dibelinya di pasar kemudian dijualnya kembali dengan cara berkeliling pasar Sentral Sengkang.



[caption id="attachment_10357" align="aligncenter" width="960"] Kondisi tempat tinggal Modding yang sangat memprihatinkan[/caption]
Terkadang jika lelah, dia duduk di emperan toko untuk menjual dagangannya. Kadang juga di depan BRI atau BPD Sulsel. Dari hasil jualannya sehari, dia mendapatkan keuntungan hanya Rp 10ribu.

“Saat saya bertanya kepadanya, cukup ji kah itu? Dia jawab ‘usukkuruki, nak dallenna Puangnge (Saya syukuri nak rejeki dari Tuhan). Saya tanya lagi, siapa mi yang masakkan ki, dia jawab ‘saya sendiri’.

Merasa haru, Andi Mario merangkul tubuh sang kakek yang telah membungkuk dengan kulit yang keriput dan rambut yang sudah dipenuhi uban pertanda usia sudah uzur. Meski di usianya yang telah senja itu, Modding tetap semangat bekerja tak kenal lelah demi melanjutkan hidupnya. Dia pantang untuk meminta-minta

“Terima kasih, nak. Engkaki jokkai ka. Ta ita nitu kasi atuo-tuongekku, tapi tuli usukkuruki sininna fabbere naiyya faccobana fuangnge (Terima kasih, nak. Telah datang menemuiku. Kamu lihat kehidupanku. Tapi selalu saya syukuri semua pemberian dan cobaan dari Tuhan),” bisiknya sambil mengusap air matanya yang mulai membasahi kulit wajahnya yang mengeriput.



[caption id="attachment_10358" align="aligncenter" width="960"] Kondisi tempat tinggal Modding yang sangat memprihatinkan[/caption]
Mendapat bisikan seperti itu, Andi Mario balas menjawab, “Justru saya yang sangat berterima kasih karena telah mengajarkan kepada saya begitu banyak tentang arti sebuah kehidupan,” kenang Andi Mario.

Dengan haru, sang Kakek pun terus menangis dan memeluk erat-erat tubuh Andi Mario seraya berucap, “Tenna fodo tuo malampe sungemmu, nak. Na maega dallemu (Mudah-mudahan panjang umurmu, nak. Dan banyak rejekimu). Aamiin,” kata Modding.

Dari kisah ini, Ketua AKUMI, Andi Mario mengajak para dermawan agar menyisihkan sedikit rezekinya untuk membantu meringankan beban hidup Modding dan warga kurang mampu lainnya. Bagi yang ingin menyalurkan, bisa mengirimkan ke Rekening Sedekah, BNI 0795507344.

Laporan: Firman

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال