Opini: Saling Melukai Dalam Politik

 

Politisi baik kadang-kadang bertanya masyarakat seperti apa sebenarnya yang mereka perjuangkan di tengah keterpurukannya dengan realitas politik yang tak wajar. Sementara masyarakat tidak kompak dan kadang abai bertanya politisi macam apa sebenarnya mereka akan dan telah ciptakan.

Dalam proses bernegara sampai saat ini, telah muncul situasi saling mencurigai, tak saling percaya antara politisi dan masyarakat menjadi awal mula terbentuknya lingkaran hitam untuk saling melukai satu sama lain. Banyak masyarakat terluka. Pun sebaliknya banyak politisi baik putus asa. Mereka yang bermodalkan pengetahuan dan niat baik untuk bekerja dan melayani (altrusime politik) harus berpikir ulang meneruskan pengabdiannya di ranah politik partisipasi.

Biaya politik dan 'keharusan' menggunakan cara-cara tak beretika seperti sogok-menyogok dalam proses memenangkan pertarungan politik menjadi cerita yang mengiris-iris hati nurani. Maka yang terjadi adalah mereka yang memiliki modal besar yang berkuasa, minim integritas, dan metode kerja.

alam logika pengusaha untung rugi adalah rumus mutlak. Termasuk dalam urusan politik. Maka jangan salahkan jika negeri ini tak pernah usai dengan cerita kemiskinan yang terus melonjak dan pelayanan publik yang tidak memadai. Itu karena segala fasilitas terbaik sudah dikuasai mereka yang telah mengeluarkan uang banyak pada proses pemilihan dalam ranah politik. Kita semua ini mau menuntut apalagi?

Jenis watak politisi memang berbeda, masyarakat pun seperti itu. Ada politisi baik dan banyak pula masyarakat baik. Namun disayangkan jumlah mereka yang tak sadar dan peduli masih jauh lebih besar jumlahnya.

Maka jelas hampir seluruh proses politik dimenangkan bagi mereka yang punya jaringan modal untuk membeli suara-suara mayoritas itu. Pemilik modal menang kembali, di lain sisi rakyat marah-marah dan menyumpahi penyelenggara negara yang tak peduli.

Yah, bagaimana bisa ada yang peduli. Bukankah mereka telah tersingkir dalam pertarungan hanya karena tak cukup uang membeli suara.

Begitu terus berulang-ulang karena ada proses yang tak berjalan baik.

Agenda pendidikan politik tak berjalan signifikan yang harusnya dipelopori oleh partai politik. Namun sayang sekali, partai sibuk berkonflik dengan urusan internal mereka. Sibuk berebut kendali. Siapa yang memegang kendali, maka mereka akan menguasai sumber daya dan lupa pada tugasnya.

Dangkal sekali pikiran dan jiwanya. Saya bilang sungguh BODOH!

(Bulukumba, 16 Desember 2020)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال