Pertemuan alumni Unhas di Pancious, Makassar[/caption]INILAHCELEBES.ID, MAKASSAR - Komunitas Alumni Universitas Hasanuddin (KAU) menggagas ide untuk menggeser posisi Jusuf Kalla sebagai Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Hasanuddin.
Alumni lintas fakultas tersebut bersepakat menempatkan Jusuf Kalla (JK) sebagai Dewan Pembina atau Dewan Penyantun IKA Unhas. Ide tersebut muncul dalam pertemuan silahturahmi alumni di Pancious, Jalan Hertasning Makassar, Selasa (14/11) kemarin.
Desakan pergeseran jabatan Ketua IKA mengingat fungsi dan peran-peran IKA diberikan kepada alumni saat ini dianggap ini tak mampu memfasilitasi para alumni.
“Banyak alumni kita berkeliaran dan tak mampu bersaing dengan alumni lain di kancah nasional. IKA Alumni ini juga belum mampu memberikan konstribusi positif terhadap penempatan alumni di tingkat pusat atau di kancah nasional,” kata Ketua Alumni Fakultas Sastra, Rahmansyah dalam rilisnya..
Forum ini menganggap bahwa nilai tawar JK sebagai ketua alumni dalam mempengaruhi kebijakan kini melemah. Selain itu, forum ini juga membahas kondisi IKA yang kurang eksis keberadaannya di masyarakat.
“IKA saat ini tidak produktif seperti IKA alumni di kampus lain. Seperti kampus UGM dan IPB. Misalnya, dalam hal menitipkan rekomendasi yang dapat mempengaruhi regulasi ke DPR dan DPD,” kata Koordinator Presidium KAU, Rahmansyah
Dalam forum itu pula memunculkan nama-nama calon pengganti Jusuf Kalla. Seperti Syahrul Yasin Limpo, Amran Sulaiman dan Iqbal Latanro.
Posisi Syahrul sebagai alumni Unhas dan Gubernur Sulsel kuat menjadi Ketua IKA Unhas berikutnya. Forum melihat seperti kondisi IKA UGM yang ditempati oleh Gubernur Jawa Tengah.
Selain itu, Pergeseran posisi tersebut dianggap forum tersebut urgen dilakukan untuk penyegaran struktur IKA saat ini. Agar IKA dapat lebih hidup dan eksis bagi masyarakat luas.
Pertemuan dihadiri 14 alumni yang berasal dari mantan aktivis tahun 1980, 1990 dan 2000-an. Yang telah menempati posisi sebagai pejabat KNPI Sulsel, Ombusman, DPR Provinsi Sulsel, DPD RI, wartawan, pejabat daerah, akademisi, pengajar di UMI, pengajar di Unhas, di UNISMUH dan pengamat politik. (Rls)
Editor: Firman